Farrosy Blog's - Sebuah tangisan itu pecah menandai awal kehidupan seorang insan yang terlahir di dunia ini. Sungguhpun tak berat sebenarnya untuk menjalani setiap detik kehidupan ini, jika saja kita setia memikul amanah yang telah disuratkan.
Terkadang kita lupa tetang berapa lama di dunia ini, meski waktu itu diibaratkan sekedar menghabis segelas air putih untuk melepas dahaga. Seakan terlupakan dengan silau gemerlap dunia, bahwa suatu saat malaikat akan menjalankan perintah Tuhannya menjemput ajal yang ada pada diri kita.
Hidup di dunia memang indah lengkap dengan segala fasilitasnya, sekali lagi itu hanya sesaat. Masih ada kehidupan yang lebih hakiki yakni, di alam sana nanti. Tanpa batas ruang dan waktu kenikmatan ataupun pedihnya balasan yang telah dijanjikan Tuhan. Bahkan itu tidak bisa diukur dengan formula apapun yang ada di dunia ini.
Keberimbangan antara dunia dan akhirat meski mutlak harus dipenuhi pada setiap manusia. Dengan demikian proses hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam diharapkan berjalan normal sebagai garis hidup yang telah ditetapkan.
Berfikir keduniawian saja tanpa mendasari sebuah peribadatan, tentu akan menuntun arah hati pada ketamaan dunia. Sewajarnya jika berfikir setiap perbuatan yang dilakukan hendaknya didasarkan atas perintah dan laranga Tuhan dalam menjalankan kewajiban di dunia. Bilapun esok janji akhir kehidupan itu menjemput, tentu hanya kata "Bahagianya aku jika mati besok."
Bukan tangis untuk takut berpulang kepada-Nya, dengan berbekal amal ibadah yang baik selama di dunia menjadikan hidup hakiki dan bahagia di sana. Smoga.
Posting Komentar untuk "Bahagianya Jika Mati Besok"