Tumbangnya rezim Soeharto bukan
berarti tumbangnya politik Orde Baru [selanjutnya baca: Orba]. Akar-akar
developmentalisme dan politisasi agama yang telah ditancapkan Orba tidak dapat
diluluhlantahkan dalam waktu singkat. Dampak dari strategi-strategi modernisme
ala Orba yang telah mengakar, memberikan gairah berbagai gerakan resistensi.
Dentuman-dentuman ketertindasan pun akhirnya mengguncang Indonesia.
Gelombang
reformasi mengumbar semangat kebebasan dan pembebasan mengartikulasikan
identitas-identitas yang selama ini hanya bergerilya dibawah tanah (grassroot).
Akhirnya, guncangan itu pun membuka kran-kran separatis dan perebutan kekuasaan
yang lebih rumit lagi. Nampaknya, penyakit Indonesia kambuh lagi, yaitu tidak
pernah mempersiapkan formulasi alternatif ketika terjadi guncangan. Akhirnya,
reformasi itupun ada di persimpangan jalan. Indonesia dalam situasi
ketidakpastian.
Zainul
Milal Bizawie mengatakan bahwa situasi ketidakpastian ini berefek bagi
keberagaman Islam di Indonesia. Perkembangan Islam di Indonesia yang selama ini
dapat dibaca terkait dengan rasa kedamaian dan toleran budaya Indonesia,
dipertanyakan kembali. Berbagai kekerasan yang terjadi pasca reformasi menjadi
tontonan yang menghantui. Kekerasan itu pun merambah ke sikap keberagaman
masyarakat Islam. Radikalisme agama mendapatkan momentumnya ketika modernisasi
yang dilakukan Orba tidak mengantarkan Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan
sejahtera.
Dalam
konteks ini, keberagaman Islam di Indonesia mendapatkan tantangan berat.
Benarkah wajah Islam di Indonesia begitu angker dan penuh kekerasan?
Bagaimanakah masyarakat muslim di Indonesia meracik kembali hubungan agama
dengan negara? Akankah gerakan radikalis Islam makin meluas dan sanggup
mendominasi keberagaman di Indonesia? Dan tentu saja, bagaimana masyarakat
muslim di Indonesia menepis dan menengarai tuduhan bahwa terorisme dan
radikalisme berkembang di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
kita tidak bisa terlepas dari realitas kultural keberagaman di Indonesia secara
historis, sosiologis maupun ideologis.
Islam dengan
karakternya yang khas masuk ke Indonesia dan melakukan interaksi dengan
masyarakat setempat. Dalam interaksi tersebut terjadi pergumulan dan saling
serap antara Islam dan budaya lokal. Hasilnya, dalam tradisi lokal banyak
ditemui warna-warna Islam dan Islam itu sendiri di Indonesia memiliki ciri khas
tersendiri yang dapat membedakannya dengan Islam di belahan bumi lain di dunia.
Bersambung ke Bagian 2
Penulis: Hurin’in AM
Posting Komentar untuk "Wajah Islam Indonesia: Hasil Negosiasi Kreatif dan Rekonsiliasi Kultural Bagian 1"