Wajah Islam Indonesia: Hasil Negosiasi Kreatif dan Rekonsiliasi Kultural Bagian 2 (akhir)




Interaksi antara Islam yang lahir di Timur Tengah berlangsung semenjak Islam lahir sampai sekarang ini. Proses dialektika tidak pernah berhenti, selalu ada nuansa baru dalam interaksi tersebut. Adakalanya relasi yang terbangun bagian ‘harmonis’ tetapi sering kali juga terjadi ‘ketegangan’. Proses-proses tersebut akan memperkaya khazanah keberagaman masyarakat.

Zainul Milal berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengembalikan citra sekaligus membangun Islam Indonesia ke depan adalah rekonsiliasi kultural. Rekonsiliasi kultural seluruh kekuatan umat Islam di Indonesia dengan memperutin dialog-dialog, mendialektikan pemahaman dan keberagaman masing-masing serta mengintensifkan gerakan kultural untuk meneguhkan keislaman yang lebih ramah, terbuka dan pluralis.

Bentuk-bentuk rekonsiliasi kultural yang memungkinkan terjaminnya suasana yang dialogis dan harmonis itu diantaranya adalah adanya negosiasi antara agama dengan komunitas agama lokal atau pendukung kebudayaan lokal. Menurut Zainul Milal, mungkin ini sulit untuk dilakukan, namun bisa saja terjadi proses tawar-menawar antara kedua belah pihak, saling memberi dan menerima, sehingga tidak ada satupun yang dirugikan. Dan ketegangan pun mulai dikikis secara perlahan, dengan tidak lagi mengajukan argumen-argumen dari konstruksi teologis dan politik yang sifatnya menghukumi dan mengadili. Dengan demikian, Islam di Indonesia akan menemukan formulasi yang lebih akomodatif, toleran dan ramah terhadap berbagai kemungkinan yang dihadapi bahkan arus globalisasi sekalipun.

Dari paparan di atas bisa disarikan bahwa Islam Indonesia dalam legitimasi dan resistensinya tidak bisa terlepas dari realitas kultural keberagaman di Indonesia secara historis, sosiologis maupun ideologis. Inilah yang menjadi keyakinan bahwa negosiasi Islam dengan tradisi, atau negosiasi Islam dengan tradisi tertentu dengan islam tradisi yang lain adalah suatu proses yang panjang dalam gerak kebudayaan yang tidak pernah berhenti. Sehingga cara-cara yang digunakan dalam menegosiasikannya bukan dalam bentuk kekerasan, melainkan dalam bentuk kedamaian yang lebih arif. (Baca Juga: Wajah Islam Indonesia: Hasil Negosiasi Kreatif dan Rekonsiliasi Kultural Bagian 1)

Begitu juga dengan upaya rekonsiliasi kultural yang disertai penyegaran-penyegaran pemahaman keislaman akan membantu umat Islam di Indonesia sanggup ikut berpartisipasi dalam mengatasi krisis multidimensi di Indonesia. Sehingga dari keberagaman umat Islam yang demikianlah fajar baru Indonesia akan membangun tatanan kehidupan yang lebih sejahtera dengan langkah pasti mengarungi arus globalisasi, bergelut dengan kompetisi global. Wallahu a’lam bi al-ṣawāb.

Posting Komentar untuk "Wajah Islam Indonesia: Hasil Negosiasi Kreatif dan Rekonsiliasi Kultural Bagian 2 (akhir)"