2) buku teks harus mampu memberi motivasi bagi siswa.
3) buku teks juga harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa-siswanya.
4) buku teks seyogyanya harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik.
5) buku teks juga haruslah berhubungan erat dengan pelajaran- pelajaran lainnya.
6) buku teks juga harus menstimulasi, merangsang aktivitas- aktivitas pribadi para
siswa.
7) buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang
samar-samar.
8) buku teks juga harus mempunyai sudut pandang yang jelas.
9) selain itu buku teks haruslah mampu memberi pemantapan penekanan nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10)
buku
teks harus
menghargai
perbedaan-perbedaan
pribadi para siswa dan
pemakaiannya (Greene and Petty dalam Tarigan, 1986: 21).
Tabel 2.1 Perbedaan Bahan Ajar, Buku Ajar, dan Buku Teks
Bahan Ajar
|
Buku Ajar
|
Buku Teks
|
Menimbulkan minat baca
Ditulis dan dirancang untuk
siswa
Menjelaskan tujuan
instruksional
Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan
kompetensi akhir yang akan
|
Pegangan untuk suatu
matakuliah
Bagian dari sarana pembelajaran
Memiliki misi
menghantarkan materi
Ditujukan sebagai
kelengkapan pembelajaran
|
Mengasumsikan minat dari
pembaca
Ditulis untuk
pembaca (siswa, guru, dosen)
Dirancang untuk dipasarkan
secara luas
Belum tentu
menjelaskan
tujuan instruksional
Disusun secara linear
|
Bahan Ajar
|
Buku Ajar
|
Buku Teks
|
dicapai.
Memberi kesempatan pada
siswa untuk berlatih
Mengakomodasi kesulitan siswa
Memberikan rangkuman
Gaya penulisan komunikatif dan semi formal
Kepadatan berdasar
kebutuhan siswa
Dikemas untuk proses
instruksional
Mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan
umpan balik
dari siswa
Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
|
Berorientasi pada
proses transfer pengetahuan terstruktur
Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta
mendemontrasikan
aplikasi dalam bahan pengajaran yang
disajikan.
Menyediakan suatu sumber yang tersusun
rapi dan bertahap
mengenai
keterampilan- keterampilan
ekspresional.
|
Stuktur berdasar logika
bidang ilmu
Belum tentu
memberikan
latihan
Tidak mengantisipasi
kesukaran belajar siswa
Belum tentu
memberikan
rangkuman
Gaya penulisan naratif tetapi
tidak komunikatif
Sangat padat
Tidak memilki mekanisme
untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca.
|
2.4 Kurikulum dan Pengertiannya
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata curere yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start
sampai dengan finish. Jarak antara
start dan finish ini yang
disebut curere. Atas dasar
tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah
ditentukan secara pasti, dari mana mulai
diajarkan dan kapan diakhiri,
dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar. Akibat dari berbagai
perkembangan, terutama perkembangan
masyarakat dan kemajuan teknologi, konsep
kurikulum selanjutnya
juga menerobos pada dimensi waktu dan tempat. Artinya
kurikulum mengambil bahan ajar dan berbagai pengalaman
belajar tidak hanya
terbatas pada waktu sekarang saja, tetapi juga
memperhatikan bahan
ajar
dan berbagai pengalaman belajar pada waktu
lampau dan yang akan datang
(Dakir, 2010: 3). Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebagai suatu rencana tulis
yang menggambarkan cakupan dan susunan program pendidikan yang diprojekkan
bagi suatu sekolah (Tarigan, 1992: 11).
Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancang secara sistematik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam
proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan.
2.4.1 Kurikulum 2013
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai
tujuan, isi, dan
bahan pelajaran
serta
cara yang
digunakan
sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi
kurikulum, yang pertama
adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi
kedua dimensi tersebut.
1.
Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut. a. Tantangan internal
Tantangan internal antara lain
terkait dengan
kondisi
pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan
yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat
ini
jumlah penduduk
Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah
penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada
saat angkanya
mencapai 70%. Oleh
sebab itu, tantangan besar
yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumberdaya manusia usia
produktif yang
melimpah
ini
dapat
ditransformasikan menjadi
sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b.
Tantangan Eksternal
Tantangan
eksternal
antara lain terkait dengan
arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti
dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia- Pacific Economic Cooperation
(APEC), dan ASEAN Free Trade
Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi
dunia, pengaruh dan imbas teknosains
serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics
and
Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali
laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam
kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum
2013 dikembangkan
dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut.
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) pola pembelajaran
satu
arah
(interaksi guru-peserta
didik)
menjadi pembelajaran
interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/ media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba
ilmu dari
siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat
tunggal
menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia;
7) pola
pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat
pengembangan potensi
khusus yang
dimiliki setiap
peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d.
Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum
selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar
matapelajaran. Pendekatan Kurikulum
2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum
satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja
guru
yang bersifat
individual diubah
menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang
relevan bagi peserta didik.
2. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan
psikomotorik;
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3) mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan
keterampilan
serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi
dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran
dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
3.
Tujuan Kurikulum
Kurikulum
2013
bertujuan
untuk
mempersiapkan manusia Indonesia
agar
memiliki
kemampuan hidup
sebagai
pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
(Kemendikbud,
2013).
2.5
Hubungan Buku Teks dengan Kurikulum
Buku teks memang
tidak dapat dipisahkan dari kurikulum yang berlaku di sekolah.
Kaitan antara
buku
teks dengan kurikulum memang
sangatlah
erat. Keeratan hubungan buku teks dengan kurikulum
dapat diumpamakan, digambarkan atau dibandingkan
dengan hubungan antara ikan dengan air, air dengan tebing. Atau juga
dapat disamakan dengan dua sisi mata uang, dua tetapi satu, satu tetapi dua.
Kemudian muncul sebuah pertanyaan. Manakah yang lebih dulu ada antara
buku teks dengan kurikulum? Ada beberapa kemungkinan jawaban, yaitu
1.
Kurikulum Mendahului Buku Teks
Pendapat yang paling umum diikuti dan dianggap
logis ialah kurikulum mendahului buku teks. Setelah kurikulum ditetapkan oleh pemerintah, barulah
para pengarang menulis buku teks yang sesuai dan relevan dengan kurikulum
yang berlaku. Dalam hal ini buku teks benar-benar menunjang kurikulum yang berlaku.
2.
Buku Teks Mendahului Kurikulum
Buku teks yang dianggap
bermutu yang juga memang ditulis
oleh para pakar
dibidangnya dijadikan dasar, landasan, dan pedoman penyusunan kurikulum. Mungkin
sekali penulis buku teks tersebut ditugasi sebagai penyusun
kurikulum agar yang bersangkutan dapat menerjemahkan idenya pada kurikulum
3.
Buku Teks dan Kurikulum Serentak Diumumkan
Penyusunan buku teks sejalan dan bersamaan dengan penyusunan
kurikulum. Dalam proses
penggondokannya memang
ada
dua
kemungkinan.
Pertama
kurikulum
disusun lebih dulu
kemudian disusun
buku teksnya. Kemudia mungkin juga berdasrkan buku teks tertentu disusun
kurikulum. Baik buku teks maupun
kurikulum serentak digunakan dan diumumkan.
4.
Buku Teks dan Kurikulum Lahir Sendiri-sendiri
Ada kalanya antara buku teks dan kurikulum
tidak ada pertemuan. Buku teks disusun tersendiri kemudian diterbitkan mungkin
mendahului atau sesudah adanya kurikulum yang berlaku. Dengan kata lain buku teks dan kurikulum
lahir sendiri-sendiri (Tarigan 1986 :66).
Dari berbagai jawaban di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa buku teks dan kurikulum memiliki hubungan dan kaitan yang sangat erat. Yang jelas buku teks
haruslah relevan dan menyesuaikan
dengan kurikulum, dan kurikulum
juga harus memerhatikan perkembangan buku teks yang ditulis
oleh para pakar dan para ahli.
2.6
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013
Abidin (2012:
5) mengartikan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai serangkaian
aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan bahasa tertentu. Keterampilan bahasa
tersebut
adalah keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia yang disusun
dengan target kinerja yang baik serta dilaksanakan dengan maksimal akan dapat mengembangkan potensi siswa serta mengetahui kelemahan
pada siswa, sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Kemudian memberikan penguatan
dan motivasi yang dapat membantu siswa menggapai semangat untuk belajar,
sehingga bermuara pada peningkatan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki tujuan untuk menanamkan pemahaman atas
empat keterampilan
berbahasa sekaligus cakap dan terampil dalam menggunakan
empat keterampilan tersebut. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut adalah
berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.
Sejatinya, Bahasa Indonesia membantu guru untuk menyiapkan siswa agar siap bersosialisasi menjadi bagian dari masyarakat pengguna bahasa dan ikut andil di dalamnya melalui pemikiran, ide, gagasan, dll yang dituangkan melalui bahasa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis
teks. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, Bahasa Indonesia diajarkan bukan
sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi
untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya
akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara
kontekstual (Kemendikbud, 2013).
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di seluruh
jenjang pendidikan.
Arah
pembelajaran pada
semua jenjang pendidikan adalah
sama, yaitu untuk
mencapai
tujuan pembelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum yang berlaku. Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada
Kurikulum
2013 disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa
Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa
hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata
kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2)
penggunaan
bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu
penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks
karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan
ideologi penggunaannya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia
(Kemendikbud, 2013).
Dalam Kurikulum 2013, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat suatu pendekatan baru yaitu pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan,
dan
penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian,
proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip,
atau
kriteria ilmiah. Proses pembelajaran
disebut ilmiah
jika
memenuhi
kriteria sebagai berikut (Kemendikbud, 2013).
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan
logika
atau
penalaran
tertentu; bukan
sebatas
kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginsiprasi siswa
berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,
dan
tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
e.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan
pola
berpikir yang
rasional
dan objektif
dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana, jelas,
dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang ‘bagaimana’.
Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk
hidup secara layak (hard
skill) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum
2013 menekankan
pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (scientific
approach)
dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian
menyimpulkan,
dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu dapat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat- sifat nonilmiah.
Berikut adalah aktivitas siswa yang terjadi dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik (Kemendikbud,
2013).
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaannya.
Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna
serta tujuan pembelajaran.
Posting Komentar untuk "Bahan Ajar Bag: 2"