2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginsipirasi
siswa untuk meningkatkan
dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing
atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan dari muridnya,
ketika itu pula ia mendorong siswanya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
3. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013
untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan
pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa harus lebih aktif daripada
guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
4. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran,
guru
dan peserta didik sering kali menemukan
fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan.
Dengan demikian, gurudan siswa adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang memunyai kesamaan dan persamaan.
5. Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya
penalaran
dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal
itu akan mempertajam
daya nalar siswa. Di sinilah esensi bahwa guru dan siswa dituntut mampu memaknai hubungan natarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab akibat.
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, siswa harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar
yaitu
sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk hal ini adalah: (192) menemukan tema
atau
topik
sesuai
dengan kompetensi
dasar
menurut tuntutan
kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan
abhan
yang tersedia
dan
ahrus disediakan; (3)
mempelajari dasar teoretis yang relevan dari
hasil-hasil
eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data; (6) menarik simpulan
atas
hasil percobaan; (7) membuat laporan
dan mengomunikasikan
hasil percobaan.
2.7 Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Menurut Mahsun (2013) semua pelajaran bahasa Indonesia
mulai jenjang sekolah
dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah atas (SMA) berbasis
teks. Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir.
Oleh karena
itu, pembelajaran berbasis teks ini perlu segera dipahami oleh pemerhati pengajaran
bahasa Indonesia, guru bahasa Indonesia, mahasiswa, dan pihak-pihak yang terkait.
Istilah pembelajaran berbasis teks dapat dipahami dari arti masing-masing katanya. Kata “basis” dalam KUBI (Alwi, et. all, 2002:111) berarti dasar atau asas. Kata
“dasar” diartikan alas atau fondasi; pokok atau pangkal suatu pendapat, aturan, atau
ajaran (Alwi, et. all, 2002:238). Adapun kata “asas”
diartikan dasar (sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat) (Alwi, et all,2002:70). Berdasarkan arti
kata “basis” ini, maka pembelajaran berbasis teks dapat dinyatakan pembelajaran
yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan. Pengertian teks
dalam kurikulum ini berbeda dengan pengertian teks selama ini. Teks selama ini diartikan sebagai wacana tertulis
(Alwi, et. al, 2002:1159).
Dalam kurikulum 2013
teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis.
Teks itu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya (Mahsun, 2013).
Teks dibentuk oleh konteks
situasi penggunaan bahasa yang
di dalamnya ada register
atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto (Kompas,
3 April 2013) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam Kurikulum 2013
berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar.
Berdasarkan
kurikulum selama ini yang selalu memperhatikan adanya pembelajaran kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra, maka teks dalam Kurikulum 2013
dapat juga
dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra. Berdasarkan
kajian kompetensi dasar pada kurikulum
2013 untuk SD/MI (Kemendikbud, 2013a)
mata
pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 28 teks yang meliputi 7 teks sastra (25%) dan
21 teks nonsastra (75%). Adapun di SMP/MTs. (Kemendikbud, 2013b) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 3
teks sastra (23%) dan
11 teks nonsastra (77%). Adapun di SMA/MA (Kemendikbud,
2013c) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 6 teks sastra (43%) dan
8 teks nonsastra (57%).
2.8 Penilaian Buku Teks
Terkait penilaian
buku teks, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) telah mengembangkan instrumen penilaian buku teks. Instrumen ini dipakai untuk
menentukan kelayakan sebuah buku teks untuk dapat dikategorikan sebagai buku standar.
Buku teks yang berkualitas wajib memenuhi empat unsur kelayakan. Empat unsur kelayakan buku teks tersebut yaitu, (1) kelayakan isi, (2) kelayakan penyajian, (3) kelayakan kebahasaan,
(4) kelayakan kegrafikan. Empat unsur kelayakan tersebut
dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator yang cukup rinci sehingga siapa saja (baik penilai buku teks yang ditunjuk oleh BSNP, penulis buku teks, guru dan siswa
pemakai buku teks, maupun masyarakat umum) dapat menerapkannya. Bagi penilai buku
teks, instrumen ini dipakai sebagai dasar penentuan
layak tidaknya buku teks
sebagai buku standar. Bagi penulis buku teks, instrumen ini dapat dipakai sebagai dasar pengembangan atau penulisan buku teks sehingga hasilnya tidak menyimpang
dari harapan BSNP. Bagi guru, siswa, dan masyarakat umum, instrumen ini dapat
dipakai untuk kepentingan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan tertentu.
Secara berturut-turut keempat unsur kelayakan tersebut dan indikator masing-
masingnya dijelaskan di bawah ini.
2.8.1 Penilaian Kelayakan Isi
Dalam hal kelayakan
isi,
ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1)
kesesuaian uraian materi dengan kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan; (2)
keakuratan materi; dan (3) materi pendukung pembelajaran (Muslich, 2010: 292).
1. Kesesuain Uraian Materi dengan KI dan KD
Indikator kesesuaian uraian materi dengan KI dan KD ini diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Kelengkapan Materi
Dalam buku teks bahasa Indonesia setidaknya kelengkapan
materi mencakup
beberapa hal, yaitu: wacana, pemahaman wacana, fakta kebahasaan atau kesastraan, dan aplikasi.
Dalam setiap buku teks pelajaran Bahasa Indonesia, pasti terdapat kutipan bacaan.
Bahan bacaan atau wacana tersebut tentunya memiliki perbedaan pada setiap jenjang pendidikan. Bahan bacaan (wacana) siswa SD dengan SMP dan SMA pasti memiliki tingkat kesulitan
yang berbeda. Oleh karena
itu, pada saat memilih buku
hendaknya guru memerhatikan
tingkat perbedaan jumlah kata, pilihan kata, dan sebagainya.
Dalam masalah keterbacaan, penelitian menunjukkan bahwa kalimat yang terlalu
panjang tidak akan mudah dipahami oleh pembacanya. Biasanya kalimat yang terlalu panjang akan membuat
bingung dan biasanya sering
memunculkan ambiguitas atau banyak tafsiran dari pembacanya.
Pilihan
kata harus ditinjau dari
dua sudut. Pertama, kandungan makna kata. Kedua proses pembentukan kata. Buku teks pelajaran bahasa Indonesia untuk
siswa SD tentu memiliki perbedaan
pemilihan kata dalam materinya. Untuk SD
kata yang digunakan tentu lebih sederhana dan mudah dipahami. Sebaliknya untuk
tingkat SMP dan SMA mungkin
sudah mulai menggunakan kata-kata yang
kompleks.
Dalam setiap buku teks pelajaran Bahasa Indonesia, materi kebahasaan dan materi kesastraan harus disajikan terpadu secara proposiaonal.
Artinya harus seimbang.
Kegiatan bersastra pada dasarnya merupakan kegiatan berbahasa.
Berdasarkan kurikulum selama ini yang selalu memperhatikan
adanya
pembelajaran kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra, maka teks dalam
Kurikulum 2013 dapat
juga dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra.
Berdasarkan
kajian kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 untuk SD/MI (Kemendikbud, 2013)
mata pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 28 teks yang meliputi 7 teks sastra (25%) dan 21 teks nonsastra
(75%). Adapun di SMP/MTs. (Kemendikbud, 2013b) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 14 teks
yang meliputi 3 teks sastra (23%) dan 11 teks nonsastra (77%). Adapun di
SMA/MA (Kemendikbud, 2013c) dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 6 teks sastra (43%) dan 8 teks nonsastra (57%). Instrumen kelengkapan materi buku teks adalah sebagai berikut.
Materi yang disajikan dalam buku teks minimal memuat semua materi pokok
bahasan dalam aspek ruang lingkup yang mendukung tercapainya KI dan KD
yang telah dirumuskan dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan.
b.
Keluasan Materi
1) Penyajian konsep, definisi, prinsip,
prosedur, contoh-contoh,
dan pelatihan
tercapainya KI dan KD.
2) Materi
(termasuk contoh dan
latihan)
dalam
buku
teks menjabarkan
subtansi minimal
(fakta, konsep,
prinsip,
dan teori)
yang terkandung
dalam KI yang terdapat dalam buku teks sesuai dengan kebutuhan materi
pokok yang mendukung dan KD.
c. Kedalaman Materi
Selain kelengkapan,
kedalaman materi sebuah buku teks juga harus diperhatikan.
Harus jelas pembagian kedalaman materi pada tiap tingkatan kelas. Hal yang
diperhatikan dalam
poin
kedalaman materi
yaitu
kesesuaian,
kuantitas,
dan kualitas wacana.
Materi yang disajikan harus autentik. Keauntentikan
materi ini terlihat bahwa setiap sajian materi dapat diaplikasikan atau dapat dibuktikan dalam kehidupan
nyata.
Instrumen kedalaman materi buku teks adalah sebagai berikut.
1) Materi yang terdapat dalam buku teks memuat penjelasan terkait dengan konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh, dan pelatihan
agar siswa dapat mengenali gagasan atau ide, mengidentifikasi gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep atau gagasan, dapat mendefinisikan,
menyusun
formula/rumus/aturan, mengonstruksi
pengetahuan baru, dan menerapkan
pengetahuan sesuai dengan KI dan KD yang telah dirumuskan.
2) Uraian materinya harus sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang dituntut KI dan KD. Tingkat kesulitan dan kerumitan
materi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
2.
Keakuratan Materi
Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.
Akurasi Konsep dan Definisi
a) Materi dalam buku teks harus
disajikan
secara
akurat
untuk
menghindari
miskonsepsi yang dilakukan siswa.
b) Konsep dan
definisi harus
dirumuskan
dengan
tepat
(well defined)
untuk
mendukung tercapainya KI dan KD.
a. Akurasi Prinsip
Ada beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam sebuah buku teks.
Prinsip dasar tersebut adalah:
1. Prinsip Kebersamaan
Prinsip
kebersamaan adalah prinsip yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa, bertumpu pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk
mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan dan informasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis.
2. Prinsip Keontetikan
Prinsip
keontetikan bahan dan materi pelatihan berbahasa dipilih
teks atau
wacana tulis maupun lisan yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan
kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan
fungsi komunikatif bahasa, memenuhi kebutuhan fungsi berbahasa siswa. Bahan berisi petunjuk atau pelatihan (tugas) yang memanfaatkan media cetak atau elektronik seoptimal mungkin.
3. Prinsip Keterpaduan Materi
Penataan Bahasa
dan Sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut.
a. Mempertaruhkan keutuhan makna
b.
Menuntut
siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara bertahap
4. Prinsip Keberfungsian
Prinsip keberfungsian ada pada pemulihan metode dan teknik pembelajaran.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam
peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya.
b.
memberikan informasi, praktik, dan pengalaman-pengalaman berbahasa yang sesuai dengan kebutuhan bahasa siswa.
c. mengarahkan
siswa
kepada
penggunaan bahasa,
bukan penguasaan
pengetahuan bahasa.
5. Prinsip Performansi Komunikatif
Prinsip performansi komunikatif
dapat berupa kegiatan berbahasa,
mengamati, berlatih atau bahkan merenung. Aspek yang perlu diperhatikan dengan pemikiran pengalaman belajar ialah mendukung terbentuknya performansi
komunikatif siswa yang
andal
sesuai
dengan bahan
pembelajaran, bermakna bagi pengembangan potensi dan kemahiran bahasa siswa.
6.
Prinsip Kebertatutan (Konstektual)
Pembelajaran konstektual menuntut penggunaan media dan sumber belajar yang berupa pengalaman
produktif lisan maupun tulis, berupa fakta
berbahasa atau peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat dicari oleh siswa atau guru sesuai dengan kebutuhan berbahasa.
7.
Prinsip Penilaian
Pembelajaran
komunikatif menuntut
penggunaan penilaian yang dapat mengukur secara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan
terpadu.
Penilaiannya
dapat
mendorong siswa agar aktif
berbahasa
secara lisan maupun tulisan.
Adapun istrumen akurasi prinsip
adalah sebagai berikut.
1)
Prinsip yang
merupakan salah satu aspek
yang digunakan untuk menyusun suatu teori.
2)
Prinsip-prinsip
yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskan secara
akurat agar tidak menimbulkan multi tafsir bagi siswa.
b. Akurasi Prosedur
1)
Prosedur
merupakan
langkah-langkah
yang harus
dilakukan
untuk
mencapai suatu sasaran tertentu.
2) Prosedur harus dirumuskan secara akurat sehingga siswa tidak melakukan kekeliruan secara sistematis.
c. Akurasi Contoh, Fakta, dan Ilustrasi
Konsep, prinsip,
prosedur, atau rumus harus diperjelas oleh contoh,
fakta, dan ilustrasi
yang disajikan secara akurat. Dengan cara demikian, siswa
tidak hanya memahami suatu pengetahuan secara verbalistis.
d. Akurasi Sosial
Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, atau algoritma harus dibangun oleh soal-soal yang disajikan secara akurat.
3.
Materi Pendukung Pembelajaran
Aspek pendukung materi diarahkan pada indikator berikut
ini.
a. Adanya sajian materi yang sesuai dengan perkembangan ilmu.
b.
Adanya sajian materi yang memenuhi syarat kemutahiran, yang terlihat pada
wacana, contoh, dan latihan yang disajikan.
c. Adanya wawasan produktivitas
d. Adanya sajian materi yang dapat berwawasan kontekstual.
e. Adanya sajian materi yang dapat merangsang keingintahuan (inquiry)
f. Adanya sajian materi yang dapat mengembangkan kecakapan hidup (lifeskill)
g.
Adanya sajian materi yang dapat mengembangkan wawasan kebhinekaan (social dan budaya)
Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Materi (termasuk contoh, latihan, dan daftar pustaka) yang terdapat dalam buu
teks harus sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
b. Keterkinian Fitur, contoh, dan rujukan.
Fitur (termasuk
uraian, contoh,
dan latihan) mencerminkan
peristiwa
atau
kondisi terkini.
Keterkinian
ini
terlihat
pada sumber atau rujukan yang
digunakan. Pada umumnya rujukan yang layak digunakan dalam buku teks maksimal menggunakan rujukan lima tahun terakhir.
c. Penalaran (Reasoning)
1) Penalaran ini berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Oleh
karena itu materi dalam buku teks perlu memuat
uraian, contoh,
tugas, pertanyaan,
atau soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut
membuat kesimpulan yang sahih (valid).
2) Materi dapat pula memuat soal-soal terbuka (open-ended problem), yaitu
soal-soal yang menuntut
siswa untuk memberikan
jawaban atau strategi penyelesaian yang bervariasi.
d. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1) Untuk
menumbuhkan kreativitas siswa, sajian materi dalam buku teks perlu memuat beragam strategi dan latihan pemecahan masalah.
2) Pemecahan masalah meliputi
memahami masalah, merancang model,
memeriksa hasil (mencari solusi yang layak), dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
e. Keterkaitan Antarkonsep
Keterkaitan antarkonsep dalam buku teks dapat dimunculkan
dalam uraian atau
contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun jaringan pengetahuan yang utuh. Selain itu, perlu juga ditunjukkan keterkaitan antara
pelajaran satu dan pelajaran atau keterkaitan antara materi yang sedang dipelajari dan kehidupan sehari-hari
agar siswa menyadari manfaat materi tersebut dalam
kehidupan.
f. Komunikasi (Write and Talk)
Penyajian bahasanya mencerminkan “berkomunikasi
langsung” dengan siswa sasaran. Ini berarti sesuai dengan prinsip komunikasi. Siswa
sasaran diposisikan sebagai orang kedua , sedangkan buku
teks (sebagai wakil penulis) diposisikan
sebagai orang pertama.
Materi dalam buku teks hendaknya
memuat contoh atau latihan untuk mengomunikasikan gagasan , baik secara secara tertulis
maupun secara lisan,
untuk memperjelas keadaan atau masalah yang sedang dipelajari atau dihadapi.
g. Penerapan (Aplikasi)
Materi dalam buku teks hendaknya
memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang menjelaskan
penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalam kehidupan nyata setiap konsep yang dipelajari.
h. Kemenarikan Materi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar, foto, sketsa,
cerita sejarah, contoh, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat
siswa untuk mengkaji lebih jauh. Apabila
siswa tertarik terhadap materi yang dipelajari, ia akan terangsang untuk mempelajarinya lebih jauh.
i. Mendorong untuk Mencari Informasi Lebih Jauh
Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yang mendorong
siswa untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber lain seperti
internet, buku, artikel, dsb.
j. Materi pengayaan (enrichment)
Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh-contoh, atau soal-
soal pengayaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan sehingga sajian
materinya lebih luas atau lebih dalam daripada materi yang dituntut
KD. Dengan pengayaan ini, diharapkan siswa mempunyai kompetensi yang lebih luas dan kaya.
2.8.2 Penilaian Kelayakan Penyajian
Dalam hal kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (1)
teknik penyajian; (2) penyajian pembelajaran; dan (3) kelengkapan penyajian.
1. Teknik Penyajian
Indikator teknik penyajian buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Sistematika Penyajian
1.
Setiap bab
dalam
buku
teks minimal
memuat
pembangkiatan motivasi,
pendahulu dan isi.
2. Pembangkit motivasi dapat disajikan dalam bentuk gambar, ilustrasi, foto, sejarah, susunan kalimat, atau contoh penggunaan dalam kehidupan sehari-
hari yang sesuai dengan topik yang akan disajikan.
3. Pendahulu minimal memuat materi prasyarat yang diperlukan oleh siswa untuk
memahami pokok bahasan yang akan disajikan.
4. Isi memuat hal-hal yang tercangkup dalam subkomponen kelayakan isi. b. Keruntutan Penyajian
1)
Penyajian dalam buku teks sesuai alur berpikir induktif
atau deduktif.
2) Penyajian alur berpikir induktif
(khusus ke umum) untuk membuat kesimpulan dari suatu fakta atau data.
3) Penyajian alur berpikir deduktif
(umum ke khusus) untuk menyatakan kebenaran suatu proposisi. Konsep disajikan dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, atau dari yang informal ke yang formal sehingga siswa dapat memahami materi pokok yang baik.
c. Keseimbangan Antarbab
Uraian substansi antarbab (tercermin dalam jumlah halaman) tersaji secara proporsional dengan tetap mempertimbangkan KI dan KD. Uraian substansi
antarsubbab dalam bab (tercermin dalam jumlah halaman) juga tersaji secara
proporsional dengan mempertimbangkan KD yang inin dicapai.
2. Penyajian Pembelajaran
Indikator penyajian pembelajaran dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Berpusat Pada Siswa
Penyajian materi dalam buku teks bersifat interaktif dan partisipatif
sehingga memotivasi
siswa untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kalimat-kalimat ajakan, kegiatan
(termasuk kegiatan kelompok), dsb.
b. Mengembangkan Keterampilan Proses
Penyajian dan
pembahasan dalam buku teks lebih menekankan pada
keterampilan proses (berpikir dan psikomotorik)
sesuai dengan kata kerja
operasional pada KI dan KD, bukan hanya pada perolehan hasil akhir.
c. Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja
1) Kegiatan yang disajikan untuk mengembangkan keterampilan proses aman dilakukan oleh siswa. Bahan, peralatan,
tempat, dan bentuk kegiatan yang
dilakukan tidak mengandung
bahaya bagi siswa. Apabila ada resiko bahaya, maka perlu ada petunjuk yang jelas.
2)
Observasi, Investigasi, Eksplorasi, atau Inkuiri
a) Sajian materi dalam buku teks memuat tugas observasi, investigasi, eksplorasi, atau inkuiri.
b) Observasi dilakukan untuk mengenal, mendeteksi pola, fenomena yang sama/berulang,
atau ciri-ciri untuk membangun pengtahuan siswa secara informal.
c) Invertigasi adalah suatu aktivitas dalam memcahkan masalah yang
berpeluang memiliki lebih dari satu jawaban.
d) Eksplorasi adalah kegiatan yang diawali dengan masalah, pengumpulan
data atau informasi, analisis data, dan diakhiri dengan penyimpulan.
e)
Inkuiri adalah suatu proses menyusun pertanyaan-pertanyaan dan mengumpulkan data yang relevan serta membuat kesimpulan berdasarkan data tersebut.
3) Masalah Kontekstual
a)
Materi dalam buku menyajikan masalah kontekstual yang
akrab, menarik
atau bermanfaat bagi siswa.
b) Masalah kontekstual sedapat mungkin dimunculkan pada bagian awal
sajian dengan maksud untuk memfasilitasi penemuan konsep, prinsip, atau prosedur.
c) Masalah tersebut dapat pula disajikan di bagian akhir sebagai
uji pemahaman, ilustrasi aplikasi, atau generalisasi.
4) Menumbuhkan berpikir Kritis,
Kreatif, dan Inovatif
a)
Penyajian materi dalm buku teks memuat masalah yang dapa merangsang tumbuhnya pemikiran kritis, kreatif,
atau inovatif.
b) Sajian materi yang
dapat menumbuhkan berpikir kritis adalah sajian materi yang
membuat siswa tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan
kesalahan atau kekeliruan, atau tajam analisisnya
dalam menguji kebenaran jawaban.
c)
Sajian materi yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa ditandai oleh dimilikinya
daya cipta siswa yang tinggi atau kemampuan
siswa dalam mencipta.
d) Selain materi
yang dapat
menumbuhkan inovasi
siswa
ditandai
oleh adanya pembaruan aau kreasi baru dalam gagasan atau metode penyajian.
5) Memuat Hands-on Activity
a)
Penyajian dalam teks hendaknya memuat hands-on activity yang
merupakan bagian dari upaya melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran untuk menemukan dan mengidentifikasi.
b) Aktivitas ini dapat memacu siswa
untuk
berinteraksi dan
mengomunikasikan gagasan yang sedang dipelajari.
c)
Aktivitas ini berupa kegiatan nyata yang antara lain meliputi mengidentifikasi,
memotong atau menggunting, memasangkan, atau menyususn benda sehingga terbentuk suatu pola atau keteraturan yang
merupakan sifat, rumus, atau teorema.
6) Variasi Penyajian
a) Materi disajikan
dengan berbagai metode agar tidak membosankan,
misalnya
deduktif (umum ke khusus), induktif (khusus ke umum). Demikian pula, digunakan berbagai jenis ilustrasi (gambar, foto, grafik, tabel, atau peta) untuk
mendukung materi yang disajikan.
b) Untuk ilustrasi-ilustrasi yang dilindungi, harus dicantumkan sumbernya.
3. Kelengkapan Penyajian
Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
1. Halaman Pendahulu.
Halaman
pendahulu
merupakan
bagian depan
sbuah buku sesudah sampul. Bagian ini merupakan
sejumlah halaman berisi
teks maupun tidak
yang
mendahului halaman teks dan halaman penyudah. Halaman
pendahulu buku teks dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian
halaman pendahulu buku teks adalah
a. Halaman prancis
b. Halaman judul
utama c. Halaman hak cipta
d. Halaman persembahan
e. Halaman ucapan terima kasih f. Halaman sambutan
g. Halaman kata pengantar h. Halaman prakata
i. Halaman daftar isi
j. Halaman daftar table
k.
Halaman daftar singkatan dan akronim
l. Halaman daftar lambang
m. Halaman daftar ilustrasi
n. Halaman pendahuluan (Iyan, 2007: 6).
Bagian-bagian
halaman pendahulu dapat dicantumkan semua di dalam sebuah buku dan dapat juga tidak. Oleh karena itu pertimbangan
pencantuman bagian-bagian
halaman pendahulu di dalam sebuah buku didasarkan kebutuhan buku tersebut.
a. Halaman Prancis
Halaman prancis merupakan
bagian terdepan sebuah buku setelah sampul. Di
halaman
prancis hanya
dicantumkan judul buku tanpa
disertai
keterangan
lainnya, seperti subjudul buku, nama penulis, dan logo serta nama penerbit.
Jenis huruf yang digunakan untuk judul buku disamakan dengan jenis huruf teks
atau dapat digunakan jenis huruf lain.
Penempatan
judul buku adalah rata tengah dan tidak rata kiri atau kanan. Letak
judul buku di halaman prancis berjarak sekitar 4 hingga 6 cm dari batas atas bidang layout atau disimitriskan dengan ukuran buku dan bidang tata letak sehingga tampak indah jika dipandang.
b. Halaman Judul Utama
Halaman
judul utama adalah sebuah halaman buku yang memuat nama penulis, judul buku, subjudul buku (jika ada), jilid buku, dan logo serta nama penerbit. Di halaman ini juga dapat dicantumkan nama penerjemah, nama penyunting, atau pemberi sambutan yang sekiranya
dapat member nilai tambah dan dapat memengaruhi daya jual buku.
c. Halaman Hak Cipta
Halaman hak cipta
adalah halaman buku yang berisi keterangan atau data singkat buku yang
diterbitkan,
baik data
buku,
tim
penerbit maupun hak
cipta penerbitan. Untuk jelasnya, unsur-unsur yang dicantumkan di halaman hak cipta
adalah sebagai berikut.
1. Judul buku
2. Subjudul buku
3. Nama penulis
4. Nama penyunting
5. Nama dan alamat penerbit
6. Nomor kode penerbitan
7. Hak cipta penerbitan
8. Perancang sampul
9. Pengilustrasi isi
10.
Piñata letak teks
11.
Pencetak
12.
Edisi, cetakan, dan tahun penerbit
13.
International Standart Book Number (ISBN)
14. Kutipan undang-undang hak cipta. d. Halaman Persembahan
Beberapa penulis lebih senang mencantumkan moto hidupnya di dalam sebuah buku.
Untuk semua itu, di dalam sebuah buku disediakan halaman khusus, yaitu halaman persembahan. Kata-kata atau moto yang dicantumkan di halaman persembahan hendaknya tidak
lebih dari lima
baris. Apabila lebih, persembahan
dimasukkan ke dalam halaman ucapan terima kasih atau dimasukkan ke dalam
prakata. Oleh karena itu persembahan penulis dibuat dalam kalimat sederhana dan ringkas.
e. Halaman Ucapan Terima Kasih
Halaman ucapan terima kasih adalah halaman tempat penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu mendukung proses penulisan bukunya. Halaman ucapan terima kasih dapat
diadakan di dalam buku jika pihak yang diberi ucapan terima kasih erjumlah
lebih dari
lima orang. Namun, jika pihak
yang diberi ucapan terima kasih kurang dari lima, dapat dimasukkan ke dalam prakata. Ucapan terima kasih
yang disampaikan penulis hendaknya tidak melebihi dua halaman.
f. Halaman Sambutan
Sambutan biasanya diberikan oleh lembaga, instansi, atau perseorangan
yang berkompeten dengan isi dan materi yang dibahas di dalam buku. Oleh karena
itu, sambutan yang tercantum
di dalam buku dapat lebih dari satu. Jika terdapat
lebih dari satu sambutan,
sambutan disusun
berdasarkan
jenjang kepangkatan, misalnya sambutan menteri diletakkan sebelum sambutan direktur jenderal.
g. Halaman Kata Pengantar
Kata pengantar
adalah tulisan yang dibuat oleh orang lain. Kata pengantar
sekadar mengulas isi buku dan sekilas mengenalkan jati diri penulis.
Biasanya
kata pengantar diberikan oleh pakar atau tokoh masyarakat yang kemampuan
atau keahliannya berkaitan dengan materi yang dibahas di dalam buku.
Kata pengantar juga dapat dibuat oleh penerbit. Di dalam kata pengantar
tersebut, penerbit
mengenalkan maksud
penerbit buku dan kelebihan buku yang diterbitkan dibandingkan buku sejenis yang beredar di pasar.
h. Halaman Prakata
Prakata adalah sebuah pengantar dari penulis yang berisi ulasan tentang maksud dan metode yang digunakan oleh penulis dalam menulis bukunya. Penulis jangan memasukkan
latar belakang permasalahan atau keterangan sekilas mengenai isi buku
ke dalam prakata.jika hal itu ingin dilakukan, buatlah di dalam halaman pendahuluan.
Apabila buku yang diterbitkan merupakan revisi buku edisi sebelumnya, buku
revisi tersebut
harus diberi prakata
yang baru sementara prakata edisi
sebelumnya tetap dicantumkan.
i. Halaman Daftar Isi
Di dalam daftar isi terdapat tampilan semua judul bagian yang terdapat di dalam buku,
seperti judul bab, subbab. Dengan adanya
daftar isi akan memudahkan pembaca untuk melihat sekilas isi buku serta lebih mudah mencari halaman
untuk materi yang dicari.
j. Halaman Daftar Tabel
Kadang-kadang penulis
menyertakan tabel di dalam bukunya yang digunakan
untuk mendukung teks. Jika
tabel
yang ada
dalam
buku
cukup banyak,
hendaknya dibuat halaman khusus
untuk daftar tabel tersebut.
Sama dengan daftar isi, daftar tabel disusun dalam dua kolom. Kolom kiri memuat nomor dan keterangan
tabel dan kolom kanan memuat nomor halaman
tempat tabel tersebut di dalam buku.
k. Halaman Daftar Singkatan dan Akronim
Jika di dalam buku terdapat banyak singkatan dan akronim,
maka sebaiknya
penulis membuat halaman khusus di dalam satu halaman tersendiri, yaitu di
“halaman singkatan dan akronim”. Dengan begitu, pembaca akan mudah memahami makana singkatan dan akronimyang terdapat di dalam buku tersebut.
l. Halaman Daftar Lambang
Sama halnya dengan halaman
daftar singkatan dan akronim, halaman daftra
lambang juga berisi lambang-lambang yang terdapat di dalam buku. Halaman
daftar lambang juga bermanfaat
agar pembaca dapat memahami
lambang- lambang yang ada dalam buku tersebut.
m. Halaman Daftar Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar, foto, bagan, diagram, kurva,
skema, grafik, peta dan denah. Ilustrasi yang terdapat di dalam buku teks berfungsi untuk
memperjelas
materi dan pembahasan yang disampaikan penulis.
n. Halaman Pendahuluan.
Pendahuluan dapat berarti pengantar dan pembuka isi buku. Pendahuluan dapat
memberikan pengenalan kepada pembaca tentang materi yang akan dibahas di
dalam buku. Pendahuluan
adalah sebuah pembuka bahasan sebelum pembaca
memahami lebih jauh tentang isi buku.
2. Halaman Teks
Isi
Sebagaimana namanya, halaman teks isi adalah inti dari sebuah buku. Oleh karna
itu, halaman teks isi harus disusun
secara terpadu dengan halaman lainnya.
Posting Komentar untuk "Bahan Ajar Bag: 3"