Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 2
C. Tahapan
dan Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial
Dalam
metode pembelajaran, inkuiri sosial terdiri dari, Pertama, Tahap
Orientasi; Yakni, menjelaskan topik,
tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dan menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Kedua, tahap merumuskan masalah;
merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Dengan catatan bahwa siswa telah memahami prinsip-prinsip
perumusan masalah.
Ketiga, Tahap Merumuskan Hipotesis; Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta
keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai
wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
Keempat, Tahap Mengumpulkan Data; Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya.
Kelima, Tahap Menguji Hipotesis; Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji bipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Keenam, Tahap Merumuskan
kesimpulan; Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya
dalam proses pembelajaran.[1]
Sedangkan
menurut Faturrohman dan Sutikno, secara garis besar prosedur metode inkuiri
social adalah:[2]
1. Simulation. Guru mulai bertanya dengan
mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian
yang memuat permasalahan.
2. Problem statement. Anak didik diberi kesempatan
mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang
dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan.
3. Data colection. Untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan dengan uji coba sendiri, dan
sebagainya.
4. Data processing. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification, atau pembuktian. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab atau tidak,
atau apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi, anak
didik belajar untuk dapat menarik kesimpulan.
Sementara
itu, asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri sosial menurut Hamalik adalah:[3]
1. Keterampilan berpikir kritis dan
berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang
bertalian dengan kelompok hipotesis;
2. Keuntungan bagi siswa dari
pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan
bersama-sama mencari pengetahuan;
3. Kegiatan-kegiatan belajar disajikan
dengan semangat berbagai inkuiri dan discovery menambah
motivasi dan memajukan partisipasi.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada metode inkuiri sosial,
guru tidak hanya menjadi pembimbing, tetapi juga guru sebagai sumber informasi
data yang diperlukan dalam membuat hipotesis.Selain itu, pada metode ini siswa
dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan
kreatifitas dalam pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri.
Maka
dari itu, dengan metode inkuiri sosial siswa akan menemukan pengetahuan baru
yang lebih tinggi tarafnya sekalipun siswa mungkin tidak dapat merumuskannya
secara lengkap. Banyak pengetahuan dipelajarinya dengan memperoleh bimbingan
yang lengkap, bahkan dengan memberitahukan aturan-aturan itu sendiri. Akan
tetapi, pengetahuan yang ditemukan sendiri memberi kemampuan yang lebih tinggi
dan akan diingat dalam jangka waktu yang lebih lama.
D. Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Inkuiri
Sosial
Ada
tiga ciri pokok dalam model pembelajaran inkuiri sosial menurut Dahlan
diantaranya:
1.
adanya
aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan terciptanya suasana
diskusi kelas.
2.
Adanya
penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah.
3.
Mempergunakan
fakta sebagai pengujian hipotesis.
Secara
umum strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
Tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak
hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia
bisa menguasai materi pelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan
dalam proses pembelajaran.
Pada
dasarnya setiap model inkuiri sosial memiliki karakteristik secara umum, yaitu
adanya usaha dari guru untuk merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk
pertanyaan, adanya proses pemecahan masalah baik secara individual, kelompok
maupun klasikal, selain itu metode yang dipergunakan dalam inkuiri
sosialbersifat terbuka dengan cara tanya jawab, diskusi atau kegiatan lain di
dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran
inkuiri social, merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis kritis logis analitis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Strategi
ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan diantaranya:
1. Metode
eksperimen; siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari, siswa dituntut untuk mengalami sendiri mencari
kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau Dalil dan menarik kesimpulan
atau proses yang dialaminya.
2.
Metode tugas atau resitasi; metode
resitasi dalam penugasan adalah metode penyajian bahan pelajaran di mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, siswa diberi
tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
3.
Metode latihan; merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa
diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan
yang dimiliki tersebut.
4. Metode
karyawisata; teknik karya wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah,
yakni untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu, siswa diajak untuk
mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek yang dikunjunginya.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri sosial merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada pengalaman siswa, yang menekankan kepada proses
inkuiri social untuk memecahkan masalah sosial melalui pengujian hipotesis yang
didasarkan pada fakta.
E. Tujuan Metode Pembelajaran Inkuiri
Sosial
Inkuiri sosial merupakan strategi
pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat
(concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat
hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Karena itulah siswa
harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan
persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.
Tujuan Pembelajaran dengan Metode Inquiry Menurut
Arends, pada prinsipnya tujuan pengajaran dengan metode inquri adalah membantu
siswa bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk
memuaskan keingintahuannya dan untuk membantu teori dan gagasan tentang dunia.[4]
Menurut Joice-Well dalam W. Gulo,
inquri bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga ketrampilan
berpikir kritis. Dapat disimpulkan tujuan penggunaan inquriadalah menolong anak
didik mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan dengan
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan mereka.[5]
Inquri menyediakan beranekaragam
pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang
serta peluang bagi siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan
ketrampilan pemecahan masalah, pengambilan putusan dan penelitian sehingga
memungkinkan mereka menjadi pelajar sepanjang hayat.
Melalui pengalaman itulah setiap
individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi inkuiri sosial pada
dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada
masalah yang dikaji adalah masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan
masyarakat.
Tujuan
utama pengajaran inkuiri sosial adalah menyediakan peralatan atau cara bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam memecahkan masalah.
Apabila berpikir merupakan tujuan pendidikan, maka cara yang harus dipikirkan
ialah untuk membantu mengembangkan kemampuan individual.
Perhatian
utama pada inkuiri sosial ialah pengembangan proses mental seperti
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan
mengklasifikasi data yang relevan, menafsirkan data, menguji hipotesis, dan
sampai pada suatu kesimpulan, inkuiri sosial meminta siswa untuk berkembang
secara bebas. Siswa ditingkatkan kemampuannya untuk dapat menemukan sesuatu
secara sistematis, mengembangkan, mengaplikasikan dalam kehidupannya.
Menurut
Yusuf dkk, tujuan atau kegunaan inkuiri sosial dalam mengajar, yaitu:
1. Mengembangkan sikap dan keterampilan
siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara obyektif
dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir
ilmiah.
3. Membina dan mengembangkan rasa ingin
tahu, penalaran dan cara berpikir obyektif, baik secara individual maupun
kelompok.
4. Dapat menangkap matra kognitif
maupun efektif.[6]
Kaitannya
dengan pendekatannya, inkuiri sosial adalah suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk menggali sendiri potensi yang dimilikinya. Selain
itu, dengan menerapkan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang langsung
dialami oleh siswa, akan membuat pembelajaran terasa lebih bermakna bagi siswa
dan tidak hanya terpaku pada teori.
Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat dari Nana Supriatna, yang mengemukakan bahwa
dalam metode inkuiri, siswa dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai
apa yang tidak mereka dapat di sekolah. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Nana
Supriatna, melalui pendekatan inkuiri, siswa diajarkan untuk
melakukan investigasi dan mengumpulkan sejumlah informasi dari berbagai sumber
mengenai faktor-faktor terjadinya kerusuhan sosial serta membuat laporan hasil
investigasi tersebut. Ketika siswa mencari dan menemukan informasi baru dan
mencoba untuk mengklasifikasikannya berdasarkan masalah yang dihadapinya, maka
sejak itulah keterampilan sosial siswa tersebut berlangsung.[7]
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran inkuiri sosial
adalah mengembangkan kemampuan intelektual siswa dengan melalui proses
berpikir. Dengan melihat tujuan dari model inkuiri sosial di atas, maka dalam
hal ini guru tidak berperan sebagai sumber belajar secara penuh akan tetapi
guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Tujuan belajar yang eksplisit
diusahakan dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan dampak
instruksional.
Adapun
dampak instruksional dalam inkuiri sosial adalah:
- Dapat
melakukan penelitian masalah-masalah sosial.
- Dapat
mengembangkan tanggung jawab dalam perbaikan masyarakat.
Sedangkan
tujuan yang merupakan hasil ikutan dari instruksional tertentu dinamakan dampak
penyerta. Dampak penyerta yang dapat dicapai melalui inkuiri sosial adalah:
- Akan timbul rasa hormat para
siswa terhadap martabat semua orang.
- Para siswa akan memliliki sikap
toleran terhadap orang lain.
[1] Sanjaya, Wina. 2007. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
[2] Fathurrohman, Pupuh. 2007.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. h. 178
[3] Hamalik, Oemar. (2001). Proses
Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. H. 220
[4] Arends, 2004. Belajar dan Pembelajaran, Rineka
Cipta,Jakarta. h. 386
[5]
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo. h. 96
[6] Yusuf, Munawir.dkk. (2003).
Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Cetakan pertama. PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, Solo. H. 81
[7] Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS Di SD. Bandung: UPI
Press. h. 141
Posting Komentar untuk "Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 2"