Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 3 (Penutup)

Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 3


E.    Jenis-Jenis Inkuiri Sosial
Pada dasarnya setiap model inkuiri memiliki karakteristik secara umum, yaitu adanya usaha dari guru untuk merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, adanya proses pemecahan masalah baik secara individual, kelompok maupun klasikal, selain itu metode yang dipergunakan dalam inkuiri bersifat terbuka, yaitu dengan cara tanya jawab, diskusi ataupun kegiatan lain di dalam maupun di luar sekolah (kelas).
Jenis-jenis inkuiri sosial dalam tiga macam yaitu:
  1. Metode Socratic (The Socratic Method)
Metode Socratic  adalah metode yang di dalamnya terjadi dialog antara guru dengan siswayang memuat pertanyaan-pertanyaan kritis dengan tujuan membangun pola berpikir kritis siswa, menuntun pada suatu penemuan baru, membuat siswa ingin tahu lebih jauh dan memahami lebih dalam, menguji validitas keyakinan siswa dan membuat kesimpulan yang benar akan suatu objek.
Dalam pembelajaran, Jones (1994) mendefinisikan metode socrates sebagai “...a process of discussion led by the instructor to induce the learner to question the validity of his reasoning or to reach a sound conclusion”, yaitu sebuah proses.[1] Sementara itu, diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai sebuah kesimpulan. Sementara Maxwell dalam Yunarti, mendefinisikan metode socrates sebagai “...a process of inductive questioning used to successfully lead a person to knowledge through small steps.”[2]
Metode ini diterapkan dengan mempergunakan teknik bertanya dari guru kepada siswa yang diarahkan untuk memperoleh konsep atau kesimpulan yang digunakan untuk memberikan rangsangan agar siswa belajar.
  1. Diskusi Terbimbing (The Controlled or Guided Discussion)
Menurut Tri Mulyani, Metode diskusi terbimbing adalah proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi dan memecahkan masalah dengan bimbingan dari guru agar diskusi dapat berjalan dengan lancar.[3]
Sementara itu menurut Yamin, metode diskusi terbimbing adalah “interaksi antara siswa dan siswa atau siwa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.[4] Metode diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam kelompok besar dan dapat pula dalam kelompok kecil. Kegiatan dalam kelompok, walupun terjadi interaksi dan tukar menukar informasi belum tentu dapat disebut diskusi bila tidak memenuhi persyaratan tertentu.
Dalam diskusi terbimbing menggunakan cara melalui dialog atau diskusi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Prosedur yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) kepada siswa diberikan informasi mengenai topik yang dapat diambil dari bacaan, film, gambar; (2) mendorong siswa untuk menggambar atau menangkap prinsip atau kesimpulan dari topik yang disajikan melalui pertanyaan-pertanyaan.
  1. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Djamarah dan Zain, menyatakan bahwa metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lain dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan.[5] Sedangkan menurut Sanjaya, metode pemecahan masalah juga dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.[6]
Penerapan inkuiri bebas, prosedur inkuiri sudah mulai diterapkan secara utuh, artinya siswa dituntut untuk merumuskan masalah sendiri kemudian memecahkannya dengan menggunakan langkah yang sistematis. Pemecahan masalah merupakan jenis inkuiri yang cukup kompleks baik ditinjau dari jenis pertanyaannya maupun dalam prosedur pelaksanaannya.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual yang harus didukung oleh data yang jelas dan pasti.
Oleh sebab itu pelaksanaannya bisa lebih lama dibandingkan dengan model yang pertama dan kedua. Secara ringkas diuraikan pada penjelasan berikut ini:
a.    Guide Inquiry
Model inkuiri terbimbing ini diterapkan dalam pembelajaran dengan cara siswa tidak diharuskan untuk dapat merumuskan masalah sendiri untuk dipecahkan, akan tetapi masalah disajikan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kemudian dengan pertanyaan yang diajukan itu, siswa dibimbing untuk memperoleh jawabannya, permasalahan yang diajukan itu didasarkan kepada pengalaman-pengalaman atau hasil pengamatan langsung.
b.    Modified Inquiry
Untuk model inkuiri yang dimodifikasi, walaupun permasalahan itu guru yang menentukan, tetapi untuk menemukan jawabannya siswa dituntut untuk dapat memecahkannya melalui prosedur penelitian. Dengan demikian jawaban yang dikemukakan oleh siswa tidak hanya didasarkan kepada pengalaman siswa, tetapi didasarkan kepada data hasil dari pengamatan dan analisisnya.
c.    Free Inquiry
Adapun untuk inkuiri bebas dapat diterapkan secara utuh prosedur inkuirinya. Artinya siswa sendiri sudah dituntut untuk dapat merumuskan masalah kemudian pemecahan masalahnya dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sistematis.

F.     Orientasi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Seiring berkembangnya kehidupan masyarakat dan perubahan kurikulum memaksa adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran baru agar pembelajaran berorientasi pada keaktifan siswa. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada keaktifan siswa adalah model inkuiri sosial.
Inkuiri menciptakan pengalaman konkret dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penelitian, sehingga memungkinkan mereka menjadi pelajar sepanjang hayat.  Belajar inkuiri dapat menjadi suatu bentuk latihan dalam memperoleh pengetahuan. Siswa diberi pertanyaan untuk mengembangkan kesimpulan berdasarkan pertimbangan bukti-bukti yang telah dimilikinya. Aktivitas merupakan suatu kegiatan/tingkah laku yang dilakukan seseorang.[7]

Baca Artikel: Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 1 (klik)

Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran disebut aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa berupa keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Jadi, aktvitas belajar adalah segala kegiatan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran sehingga dalam hal ini semakin tinggi tingkat aktivitas belajar siswa maka siswa telah belajar dengan aktif. Oleh karena itu aktivitas menjadi faktor yang sangat penting dalam tercapainya suatu pembelajaran.
Guru dalam pembelajaran inkuiri berperan sebagai fasilitator. Guru tidak memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran untuk mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Guru harus mampu menyusun pertanyaanpertanyaan yang dapat memunculkan sifat kritis siswa dan setiap pertanyaan yang diajukan diarahkan pada siswa agar berpikir tentang jawabannya.
Pembelajaran inkuiri merupakan sebuah siklus. Siklus tersebut terdiri dari tujuh bagian yang meliputi: proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis, observasi, mengajukan dugaan sementara/hipotesis, bertanya, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.
Pada tahap orientasi para siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan suatu masalah sosial yang akan dijadikan pokok pembahasan kelas. Masalah sosial dapat diambil dari masalah kehidupan masyarakat yang sedang hangat dibicarakan, dari suasana perselisihan yang terjadi di dalam kelas atau sekolah dari masalah yang ada dalam bahan bacaan atau dari sumber-sumber lain.
Masalah yang dijadikan pokok harus betul-betul mengandung persoalan yang memerlukan pemecahan, dan mengundang seluruh siswa untuk mengadakan pembuktian empirik sehingga memperoleh jawaban atau pemecahannya. Dengan bantuan guru masalah itu kemudian dirumuskan dan dikembangkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan, dan diadakan pembatasan ruang lingkup masalah yang lebih khusus sehingga para siswa dalam mengadakan pembuktiannya lebih terarah.

G.    Kelebihan dan kekurangan Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
1.      Kelebihan
Menurut Roestiyah, bahwa kelebihan atau keunggulan strategi pembelajaran inkuiri social [8] adalah sebagai berikut :
a.    Dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b.    Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.    Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.
d.   Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.    Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic.
f.     Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
g.    Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu,
h.    Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.      Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional.
j.      Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
2.      Kekurangan
Strategi pembelajaran inkuiri sosial juga memiliki kelemahan atau kekurangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya yaitu[9], sebagai berikut : 
a.    Jika inkuiri sosial digunakan sebagai strategi pembelajarn, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa,.
b.    Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh siswa karena terbentur kebiasaan siswa dalam belajar.
c.    Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.   Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri sosial akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.


 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model pembelajaran inkuiri sosial ini dapat dilaksanakan mulai sejak anak didik atau siswa duduk pada jenjang sekolah dasar, dengan fokus pengenalan terhadap fakta, konsep, dan generalisasi. Selanjutnya Model inkuiri sosial  memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual melalui proses berpikir. Strategi pembelajaran inkuiri sosial berorientasi pada mengembangkan kemampuan siswa untuk memikirkan secara sungguh-sungguh dan terarah dan merefleksikan hakikat sosial kehidupan, khususnya kehidupan individu siswa dan memberikan arah pada untuk pemecahan problematika sosial dalam kehidupan masyarakat.
B.     Saran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka seorang pendidik harus betul-betul siap dengan berbagai metode pembelajaran. Salah satu kesiapannya yaitu menguasai metode pembelajaran inkuiri. Hendaknya setiap pendidik menguasai metode pembelajaran inkuiri sosial, sehingga rangkain penyajian materi ajar dapat tersampaikan dengan lebih sempurna.

  Baca Artikel: Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 1 (klik)


DAFTAR PUSTAKA

Arends, 2004.  Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,Jakarta.
Daryanto.  2013. Strategi dan Tahapan Mengajar, Bandung, CV. Prama Widya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar, 2001, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Jones, et al. , 1994. Socratic. The Expert Educator.__________
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd). USA: Prentice-Hall, Inc.
Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno, M.Pd. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.
Rudi Salam, Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Pembelajaran IPS. Journal Harmony. Volume. 2 No.1 source: journal.unnes.ac.id
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan, Bandung, Pustaka Selia.
Massialas, B.G. & Cox, C.B. 1966. Inquiry in Social Studies. New York: Mc GrawHill Book Company.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sitiatava, Rizema Putra. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algensido Offset.
Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS Di SD. Bandung: UPI Press.
Sund, R.B., & Caren, A. 1978. Creative Questioning by Inquiry in tehe Secondary School. Second edition. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.
Yamin, Martinis. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Tri Mulyani. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah dengan Metode Diskusi Terbimbing dalam Pokok Bahasan Perserikatan Bangsa-bangsa pada Siswa Kelas VI SD Margosari Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.Unnes. Semarang.
Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Siswa). Disertasi.Bandung: UPI.
Yusuf, Munawir.dkk. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Cetakan pertama. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo.


[1] Jones, et al. , 1994. Socratic. The Expert Educator.__________
[2] Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Siswa).Disertasi.Bandung: UPI. H. 47
[3] Tri Mulyani. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah dengan Metode Diskusi Terbimbing dalam Pokok Bahasan Perserikatan Bangsa-bangsa pada Siswa Kelas VI SD Margosari Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.Unnes. Semarang. h. 144
[4] Yamin, Martinis. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.Jakarta: Gaung Persada Press. h. 144
[5] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. h. 91-92
[6] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. h. 214-215
[7] Rudi Salam, Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Dalam Pembelajaran IPS. Journal Harmony. Volume. 2 No.1 source: journal.unnes.ac.id
[8] Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta. h. 76
[9] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. h. 208

Posting Komentar untuk "Orientasi Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial Bag. 3 (Penutup)"