Dasar Filsafat Administrasi


A.  Beberapa Pengertian Pokok
Jika seseorang hendak membicarakan “Filsafat Administrasi”, ada beberapa pengertian pokok yang perlu diketahui. Kegunaan suatu definisi ialah sebagai titik tolak pembahasan. Istilah-istilah tersebut adalah :

1.    Filsafat
Filsafat dalam bahasa yunani terdiri dari dua suku kata, yaitu philos dan shopia. Philos biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau cinta. Shophia dapat diartikan kebijaksanaan atau kearifan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “filsafat” berarti cinta kepada kebijaksanaan. Menjadi bijaksana berarti berusaha mendalami hakikat sesuatu. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa berfilsafat berarti berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakikatnya, fungsinya, ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya, serta pemecah-pemecahan terhadap masalah-masalah itu.

2.    Administrasi
Administrasi dapat didefinisakan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa hal yang terkandung dalam definisi diatas.

Pertama, administrasi sebagai seni adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaannya sedang akhirnya tidak diketahui. Kedua, administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu, yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya tujuan yag hendak dicapai, adanya tugas adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya peralatan dan perlemgkapan untuk melaksanakan tugas-tugas itu. Kedalam golongan peralatan dan perlengkapan termasuk pula waktu, tempat, pralatan materi serta sarana lainnya. Ketiga, bahwa administrasi sebagai proses kerjasama bukan merupakan hal yang baru karena ia telah timbul bersama-sama dengan timbulnya peradaban manusia. Tegasnya administrasi sebagai seni merupakan suatu fenomena social.


a.     Administrasi sebagai proses
Telah disinggung di muka bahwa proses adalah sesuatu yang permulaannya diketahui akan tetapi akhirnya tidak diketahui. Dengan demikian administrasi adalah suatu proses melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dimulai sejak adanya dua orang yang bersepakat untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu pula. Bilamana prosesnya itu akan berakhir tidak diketahui karena bila kedua orang itu akan memutuskan untuk bekerjasama lagi tidak ada yang mengetahui. Malahan mereka sendiri pun tidak mungkin tidak mengetahuinya.

b.   Tentang unsur-unsur administrasi
Telah dikatakan dimuka tadi bahwa adanya sesuatu, dalam hal ini administrasi adalah karena adanya unsur-unsur tertentu yang menjadikan adanya sesuatu itu. Telah dikatakan bahwa unsure-unsur (bagian-bagian yang mutlak) dari administrasi adalah :

1)   Dua orang manuasia atau lebih,

2)   Tujuan,

3)   Tugas yang hendak dilaksanakan serta,

4)   Sarana dan prasarana tertentu.

Mengenai unsur manusia, diperlukan lebih dari satu orang karena seseorang tidak dapat bekerja sama dengan dirinya sendiri. Karena itu harus ada orang lain yang secara sukarela atau dengan cara lain diajak turut serta dalam proses kerja sama itu.

c.    Tujuan
Terlalu sering orang beranggapan bahwa tujuan, proses administrasi harus selalu ditentukan oleh orang-orang yang bersangkutan langsung dengan proses tersebut. Hal ini tidak benar karena tujuan yang hendak dicapai dapat ditentukan oleh semua orang yang langsung terlibat dalam proses administrasi itu. Tujuan dapat pula ditntukan oleh hanya sebagian dan mungkin pula malah oleh seorang dari mereka yang terlibat. Akan tetapi, bukanlah sesuatu hal yang mustahil pula bahwa orang lainlah yang menentukan tujuan yang hendak dicapai.

d.   Tugas dan Pelaksanaannya
Berbicara mengenai tugas yang hendak dilaksanakan, sring pula orang beranggapan bahwa proses administrasi baru timbul apabila ada kerjasama. Tidak demikian halnya denganjika ditrima pendapat bahwa unsure merupakan bagian yang mutlak dari sesuatu, kondisi ideal. Artinya perlu ditekankam\n bahwa pencapaian tujuan akan lebih efisisen dan ekonomis apabila semua orang yang terlibat mau bekerja sama satu sama lain. Akan tetapi tanpa kerja sama pun, misalnya dalam hal penyelesian tugas yang dipaksakan, proses administrasi terjadi. Dengan demikian, kerja sama dalam administrasi dapat digolongkan kepada dua golongan yaitu kerja sama yang iklas dan sukarela (voluntary cooperation), dan kerja sama yang dipaksakan (compulsory atau antagonistic cooperation).

e.    Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu proses administrasi tergantung dari berbagai factor, seperti :

1)   Jumlah orang yang terlibat dalam proses tersebut,

2)   Sifat tujuan yang hendak dicapai,

3)   Ruang lingkup serta aneka ragamnya tugas yang hendak dijalankan dan,

4)   Sifat kerja sama yang dapat diciptakan dan di kembangkan.

Secara “aksiomatik” dapat dikatakan bahwa semakin sedikit jumlah orang yang terlibat, semakin sederhana tujuan yang hendak dicapai serta semakin sederhana tugas-tugas yang hendak dilaksanakan, semakin sederhana pula sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Dapat dipastikan pula sifat, ruang lingkup, dan bentuk kegiatan administrasi berbeda dari satu zaman ke zaman yang lainnya; ia berbeda pula dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya; ia berbeda pula dari satu waktu dan kondisi ke lain waktu dan kondisi. Tujuan yang berbeda-beda, tingkat kebutuhan yang berlain-lainan, kecerdasan yangberaneka ragam, kesemuanya turut menentukan bentuk dan sifat administrasi yang diperlukan.

Yang jelas ialah bahwa usia administrasi adalah sama dengan peradaban manusia karena apabila ada dua orang yang bekerja bersama-sama untuk menggulingkan sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya oleh seseorang diantara mereka, pada saat itu administrasi telah ada (Herbert A. Simon, et. At., Public Administration, Alferd A. Knopf, 1959, halaman 3). Hal ini lah yang dimadsud jika dikatakan bahwa administrasi merupakan suatu fenomena sosial.

Sampai dengan tajhun 1886, pada dasarnya manusia mengenal administrasi sebagai seni. Kemudian pada tahun 1886 itu timbullah suatu ilmu baru, yang sekarang ini dikenal dengan ilmu administrasi yang objek studinya tidak termasuk objek studi ilmu-ilmu yang lain. Ilmu administrasi tlah pula memiliki metode analisisnya sendiri, sistematikanya sendiri, prinsip-prinsip, dalil-dalil, serta rumus-rumusnya sendiri.

Timbulnya ilmu administrasi sering dikenal sebagai suatu modern phenomenon karena ia timbul pada abad modern ini. Akan tetapi, dengan timbulnya ilmu administrasi tidak berarti hilangnya sifat “seni”nya. Karena itu sekarang ini administrasi dikenal sebagai suatu artistic science karena dalam penerapanya, seninya masih tetap memegang peranan yang menentukan. Sebaliknya, sni administrasi dikenal dengan sebagai suatu scientific art karena seni itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-pripsip yang telah teruji “kebenarannya”.

3.    Manajemen
Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau ketrampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh suaru hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan inti dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi.

Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa manajemen dalam arti sekelompok pimpinan tidak melaksanakan sendiri krgiatan-kegiatan yang bersifat operasional, melainkan mengatur tindakan-tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut bawahan. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa administrasi dapat dibedakan. Apabila dilihat dari segi fungsional, administrasi mempunyai dua tugas utama, yakni :

1)   Menentukan tujuan menyeluruh yang hendak dicapai (organizational goal),

2)   Menentukan kebijaksanaan umum yang mengikat seluruh organisai (general and over all policies).

Sebaliknya, manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksnaan umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Jelas hal ini tidak berarti bahwa manajemen tidak boleh menentukan tujuan, akan tetapi tujuan yang ditentukan pada tingkat manajemen hanya boleh bersifat departmental atau sektoral. Sekaligus hal ini di bidang penentuan kebijaksanan tidak pula berarti bahwa tingkat manajemen tidak ada penentuan policy. Hanya saja kebijaksanaan yang ditentukan pada tingkat manajemen hanya boleh bersifat khusus dan atau pelaksanaan (operasional).

Hal-hal yang dikatakan dimuka kiranya jelas menunjukkan bahwa manajemen merupakan aspek administrasi dan oleh karena itulah administrasi dan oleh itulah administrasi lebih luas daripada manajemen. Hal ini perlu ditegaskan mengingat bahwa bahwa di kalangan teoretis maupun praktisi masih sering terdapat dualisme pengertian administrasi. Di satu pihak terdapat pengertian administrasi dalam arti luas seprti telah didefinisikan pada permulaan bab ini. Dilain pihak masih terlalu sering administrasi itu diartikan secara sempit, yaitu administrasi dalam pengetian ketatausahaan yang sesungguhnya hanya merupakan bagian kecil dari kegiatan-kegiatan operasional administrasi dalam arti luas.

4.        Kepemimpinan (Leadership)
Sering dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan inti manajemen. Memang demikianlah hanya karena kepemimpinan merupakan “motor atau daya penggerak semua sumber-sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi”.

Resources itu digolongkan kepada dua golongan besar, yaitu:

1)        Sumber daya manusia, dan

2)        Sumber daya lainnya.

Karenanya dapat dikatakan bahwa sukses atautidaknya suatu organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya berlangsung dengan efisien, ekonomis dan efektif.

5.        Human Relations
Sebagaimana telah dikatakan di muka, para ahli administrasi pada umumnya sependapat bahwa manajemen merupakan inti administrasi dan kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Akan tetapi, pendapat ini masih perlu diperdalam dengan mengatakan bahwa human relations merupakan aspek yang sangat penting dari kepemimpinan, terutama apabila ditinjau dari segi kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Dengan perkataan lain, di bidang administasi sekarang ini telah disadari dan diakui bahwa di dalam setiap kegiatan administrasi unsur manusia serta hubungan-hubungan antarmanusia itu faktor yang menentukan sukses-tidaknya proses administrasi itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa manusia di dalam suatu organisasi tidak boleh diperlakukan sama dengan unsur-unsur administrasi lainnya, seperti modal, mesin, alat-alat perlengkapan, dan lain sebagainya.

Pengertian ini akan menjadi lebih jelas lagi apabila diingat bahwa human relations adalah keseluruhan rangkaian hubungan, baik yang bersifat formal maupun informal, antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan, serta bawahan dengan bawahan yang lain yang harus dibina dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tercipta suatu teamwork dan suasana kerja yang serasi dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan.

6.        Organisasi
Di dalam buku ini definisi organisasi yang dipergunakan ialah: setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan.

Definisi diatas menunjukkan bahwa organisasi dapat ditinjau dari dua segi pandangan, yaitu sebagai berikut.

1)        Organisasi sebagai wadah di mana kegiatan-kegiatan administrasi dijalankan.

2)        Organisasi sebagai rangkaian hierarki dan interaksi antara orang-orang dalam suatu ikatan formal.

Sebagai wadah organisasi relatif bersifat statis, sedangkan sebagai suatu rangkaian hierarki dan interaksi manusia, organisasi merupakan suatu proses dan dengan demikian ia bersifat lebih dinamis.

Dewasa ini para sarjana ilmu administrasi semakin banyak memberikan perhatian kepada  organisasi sebagai suatu proses meskipun perhatian terhadapnya sebagai wadah kegiatan kerja tetap penting. Hal ini adalah akibat perhatian yang semakin besar terhadap unsur manusia di dalam suatu organisasi.

7.        Administrasi Negara
Ditinjau dari segi perkembangannya, administrasi dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu sebagai berikut.

(1)     Administrasi Negara (Public Administration)

(2)     Administrasi Privat (Private Administration)

Administrasi Negara secara singkat dan sederhana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu Negara dalam usaha mencapai tujuan Negara.

8.        Administrasi Niaga
Meskipun telah dikatakan bahwa pembagian administrasi menjadi Administrasi Negara dan Administrasi Privat karena ada administrasi sosial, administrasi keagamaan, administrasi nirlaba, dan sebagainya. Namun karena sebagian besar kegiatan dalam bidang Administrasi Privat dilakukan oleh sektor keniagaan, dalam karya tulis ini klasifikasi yang disoroti terbatas pada:

Administrasi Negara, dan
Administrasi Niaga.
Administrasi Niaga dapat didefinisikan sebagai: keseluruhan kegiatan organisasi, mulai dari produksi barang dan/atau jasa sampai tibanya barang atau jasa tersebut di tangan konsumen.

Dalam dunia keniagaan sekarang ini dikenal dua macam jenis pokok industri, yaitu:

(1)     Industri yang menghasilkan barang-barang, dan

(2)     Industri yang menghasilkan jasa-jasa.

Dalam hubungan ini kiranya relevan untuk menekankan bahwa perkembangan administrasi sangat dinamis, misalnya dengan semakin pentingnya peranan suatu pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup seluruh rakyatnya. Maka adalah suatu hal yang lumrah bahwa pemerintah pun turut berkecimpung dalam kegiatan keniagaan. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai tipe dan bentuk Badan Usaha Milik Negara seperti Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum, dan perusahaan yang meskipun dikuasai dan dimiliki oleh Negara, kegiatan-kegiatannya, motif bekerja, dan struktur organisasi keseluruhannya bersifat keniagaan. Karenanya timbul pulalah kegiatan yang bersifat public administration seperti terlihat dalam Gambar 1 di bawah ini.

Public                                                     Private (Business)

        Administration                                              Administration



                                          Public Business

                                          Administration



9.         Manusia
Manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi semakin lama semakin cerdas. Kecerdasan yang semakin meningkat itu mengakibatkan manusia telah dijuluki dengan berbagai predikat, seperti homo faber, homo sapiens, zoon politicon, dan homo ekonomikus. Di samping semua ini, manusia modern adalah pula homo administraticus4) serta organization man.5)

Naluri bermasyarakat, naluri berorganisasi, dan ketidakmampuan manusia untuk memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya yang semakin kompleks itu serta sifat hakiki dari manusia itu sebagai makhluk yang tidak pernah puas, menyebabkan manusia itu merupakan milik yang peling berharga bagi suatu organisasi, akan tetapi sekaligus merupakan masalah terberat yang dihadapi oleh pimpinan suatu organisasi.

Itulah sebabnya, secara hakiki dapat dikatakan bahwa jika seseorang berbicara tentang Filsafat Administrasi maka fokus analisisnya harus bertitik tolek dari manusia dan berorientasi kepada manusia karena seluruh proses administrasi dimulai oleh manusia, dimaksudkan demi kepentingan manusia, dan diakhiri pula oleh manusia.

Manusia di dalam proses administrasi itulah yang menjadi tema pokok dari buku ini, karena mendalami proses administrasi tidak dapat dipisahkan dari usaha untuk mendalami juga hakikat manusia modern





Posting Komentar untuk "Dasar Filsafat Administrasi"